DBT (Dialectical Behavior Therapy): Teknik Terapi yang Bantu Kamu Lebih Stabil Secara Emosional
- jeviemes social
- Nov 19
- 4 min read
Apa Itu DBT?
Dialectical Behavior Therapy (DBT) adalah salah satu bentuk terapi psikologis yang fokus membantu seseorang mengelola emosi intens, membangun hubungan yang lebih sehat, dan mengurangi perilaku yang merugikan diri sendiri.Awalnya, DBT dikembangkan untuk menangani masalah emosional yang berat, seperti keinginan bunuh diri dan self-harm, namun sekarang DBT juga banyak digunakan untuk:
Masalah regulasi emosi (mood gampang “naik-turun”)
Impulsif dan sulit mengontrol perilaku
Masalah relasi yang sering dipenuhi konflik
Kecemasan dan depresi
Trauma dan pengalaman masa lalu yang masih “menghantui”
DBT mengajarkan skill praktis yang bisa dipakai sehari-hari, bukan cuma ngobrol di ruang konseling.
Kenapa DBT Penting untuk Kesehatan Mental?
Di era serba cepat seperti sekarang, banyak orang merasa:
Gampang tersinggung dan cepat meledak
Overthinking dan susah berhenti dari pikiran negatif
Susah bilang “tidak” dan takut ditinggalkan
Sangat sensitif terhadap penolakan
Sulit menenangkan diri saat emosi memuncak
Masalah-masalah ini bukan sekadar “baper”, tapi bisa sangat mengganggu:
Produktivitas kerja atau sekolah
Hubungan dengan pasangan, teman, dan keluarga
Kualitas tidur, nafsu makan, dan kesehatan fisik
Cara kita melihat diri sendiri (self-worth & self-image)
DBT membantu kamu belajar cara:
Mengenali emosi dengan lebih jelas
Mengelola emosi tanpa harus meledak atau memendam
Berkomunikasi dengan lebih tegas tapi tetap hangat
Menerima realitas hidup yang tidak selalu ideal, sambil tetap berusaha memperbaiki yang bisa diubah
Prinsip Utama dalam DBT
Ada beberapa konsep utama yang membuat DBT berbeda dan efektif:
1. Dialektika: Menerima dan Berubah di Saat yang Bersamaan
Kata “dialectical” berarti menggabungkan dua hal yang kelihatannya bertentangan, misalnya:
“Aku menerima diriku apa adanya” dan “Aku tetap mau berkembang jadi versi yang lebih baik.”
“Emosiku valid” dan “Aku tetap perlu belajar cara mengekspresikannya dengan lebih sehat.”
DBT tidak menyalahkan kamu karena memiliki emosi intens, tapi juga tidak membiarkanmu terjebak di pola yang merusak.
2. Validasi: Perasaanmu Bukan Lebay
Dalam DBT, terapis tidak akan langsung menghakimi atau bilang “Kamu terlalu sensitif.”Sebaliknya, perasaanmu akan divalidasi dulu:
“Wajar kamu marah setelah diperlakukan seperti itu.”
“Tidak heran kamu merasa lelah dengan semua ini.”
Validasi membuat kamu merasa:
Didengar
Dipahami
Tidak sendirian
Dan dari ruang yang aman itu, barulah pelan-pelan kamu diajak belajar skill baru.
Empat Skill Utama dalam DBT
DBT biasanya mengajarkan empat kelompok keterampilan (skills) utama yang bisa kamu bawa ke kehidupan sehari-hari:
1. Mindfulness: Hadir Penuh di Saat Ini
Mindfulness di DBT bukan sekadar meditasi, tapi latihan untuk:
Menyadari apa yang kamu rasakan di momen ini
Mengamati pikiran dan emosi tanpa langsung bereaksi
Tidak terseret arus overthinking atau skenario yang belum terjadi
Contohnya:
Sadar bahwa kamu lagi marah sebelum kamu membentak
Menyadari kecemasan datang, tanpa langsung menghindar dari situasi penting
Mindfulness jadi pondasi untuk skill DBT lainnya.
2. Emotion Regulation: Mengatur, Bukan Mematikan Emosi
DBT tidak mengajarkan kamu untuk “jangan sedih” atau “jangan marah”, tapi:
Mengenali emosi: Ini sedih, marah, malu, cemas, atau takut?
Memahami pemicu emosi: Apa sih yang bikin aku “kepencet”?
Mengelola respons: Apa yang bisa kulakukan supaya emosiku tidak mengambil alih semuanya?
Contoh skill emotion regulation:
Membangun rutinitas sehat (tidur, makan, aktivitas fisik)
Mengurangi faktor yang bikin suasana hati makin buruk
Menggunakan teknik-teknik tertentu saat emosi mulai naik (misalnya teknik pernapasan, teknik grounding, atau aktivitas yang menenangkan)
3. Distress Tolerance: Tetap Bertahan di Tengah Krisis
Ini adalah skill untuk menghadapi momen-momen “darurat” saat emosi sudah sangat intens, misalnya:
Ingin melukai diri sendiri
Ingin kabur dari semua tanggung jawab
Ingin menghubungi seseorang padahal tahu itu tidak sehat
Distress tolerance membantu kamu:
Melewati badai emosi tanpa melakukan hal yang impulsif
Menunda keputusan besar ketika pikiran lagi sangat kacau
Membuat “kotak pertolongan pertama” (mental first aid) untuk dirimu sendiri
4. Interpersonal Effectiveness: Bangun Relasi yang Sehat
Banyak orang datang ke terapi karena capek dengan pola hubungan yang sama:
Selalu merasa dimanfaatkan
Susah bilang “tidak”
Takut ditinggalkan
Terjebak di hubungan yang tidak sehat
Di DBT, kamu akan belajar:
Cara minta tolong dengan asertif
Cara bilang “tidak” tanpa merasa bersalah berlebihan
Cara menetapkan dan menjaga batasan (boundaries)
Cara menjaga harga diri di tengah konflik
Skill ini bikin hubungan jadi lebih seimbang: kamu tidak lagi mengorbankan diri sendiri terus-terusan, tapi juga tidak jadi keras dan menjauh dari semua orang.
Siapa yang Cocok Mengikuti DBT?
DBT bisa bermanfaat untuk kamu yang:
Punya emosi yang terasa “terlalu kuat” dan cepat berubah
Sering menyesal setelah bereaksi impulsif
Mengalami self-harm atau pikiran untuk menyakiti diri
Punya riwayat trauma atau hubungan yang penuh drama
Merasa pola hidupmu selalu berulang: capek, meledak, menyesal, lalu mengulang
Kamu tidak harus punya diagnosis tertentu untuk bisa merasakan manfaat DBT. Banyak orang mengikuti DBT untuk:
Meningkatkan kualitas hidup
Belajar mengelola stres
Menjadi lebih stabil secara emosional
Membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri dan orang lain
Bentuk Program DBT di Klinik Kesehatan Mental
Tergantung klinik atau terapisnya, DBT bisa diberikan dalam beberapa bentuk:
Sesi individual: One-on-one dengan psikolog/psikiater untuk membahas masalah spesifik kamu
Kelas kelompok (skills training): Belajar skill DBT bersama peserta lain, biasanya dengan modul mingguan
DBT untuk orang tua (DBT Parenting): Membantu orang tua memahami emosi anak dan mengelola reaksi diri sendiri
DBT untuk pasangan atau keluarga: Fokus pada komunikasi dan regulasi emosi dalam hubungan
Kombinasi sesi individu dan kelas kelompok sering kali memberikan hasil yang lebih optimal.
Manfaat DBT untuk Jangka Panjang
Dengan mengikuti program DBT secara konsisten, beberapa manfaat yang sering dilaporkan klien antara lain:
Lebih cepat sadar ketika emosi mulai naik
Tidak lagi “meledak” seperti dulu
Bisa pause dulu sebelum bereaksi
Hubungan dengan pasangan/teman/keluarga jadi lebih sehat
Lebih kenal diri sendiri dan kebutuhannya
Lebih mampu menerima realitas hidup tanpa menyerah
DBT bukan “jalan pintas”, tapi proses belajar skill yang bisa kamu pakai seumur hidup.
Kapan Sebaiknya Kamu Mencari Bantuan Profesional?
Kalau kamu merasa:
Emosimu sering terasa di luar kendali
Pikiran negatif mulai mengganggu aktivitas harian
Hubungan dengan orang lain makin hari makin berat
Kamu mulai punya pikiran untuk menyakiti diri sendiri
Itu adalah sinyal bahwa kamu tidak harus menghadapi semuanya sendirian. Terapi seperti DBT bisa jadi salah satu langkah yang membantu kamu pelan-pelan bangkit dan membangun hidup yang lebih seimbang.
DBT Bukan Tentang Menjadi “Orang yang Kuat”, Tapi Belajar Bertahan dengan Cara yang Lebih Sehat
Kesehatan mental bukan hanya soal “kuat atau lemah”.Kadang, yang kamu butuhkan bukan menyuruh diri sendiri untuk “tahan sedikit lagi”, tapi:
Ruang aman untuk bercerita
Orang yang bisa memvalidasi perasaanmu
Skill konkret supaya kamu punya cara baru menghadapi hidup
DBT menawarkan ketiga hal itu: pemahaman, penerimaan, dan perubahan.
Kalau kamu merasa relate dengan apa yang kamu baca di artikel ini, mungkin ini saatnya mempertimbangkan untuk ikut program DBT bersama profesional kesehatan mental yang terlatih.




Comments